Kamis, 16 Agustus 2012

Jalan Menuju Tuhan; Hening

Program ini akan diawali dengan Hening, karena setiap jalan menuju Tuhan harus melalui keheningan. Siapapun juga yang pernah bersatu dengan Tuhan tentu melalui keheningan. Bagaimana saya dapat menemukan Tuhan ? Jawabnya "Hening" Dan bagaimana saya dapat hening ?" Jawabnya, "Meditasi"". Meditasi dalam bahasa sansekerta adalah melampaui, artinya tidak memikirkan, tetapi melampaui pemikiran. Hening berarti melampaui kata-kata dan pikiran.
Ada 3 cara untuk menuju keheningan :
1. Mengerti
Ada seorang mistik besar yang menulis buku The Cloud of Unknowing, sebuah buku krtsten yang bagus. Dia berkata , "Kalian ingin tahu tentang Tuhan ? Hanya ada satu cara mengenal-Nya, kalian mengetahui-Nya melalui ketidaktahuan." Anda harus keluar dari ingatan dan pikiran Anda, baru Anda dapat menjangkau-Nya dengan hati. Dalam Konsili Lateran II yang mengatakan, "Setiap gambaran kita tentang Tuhan lebih banyak tidak seperti Dia daripada seperti Dia."
Kesediaan untuk menyadari bahwa ide-ide Anda tentang Tuhan itu semua tidak memadai. Kebanyakan orang tidak siap untuk menyadari itu, dan ini merupakan kendala yang besar dalam berdoa dan meditasi.
2. Melihat, mendengar, memandang, menyimak.
Buku yang bagus Little Prince. sang serigala berkata, " Hanya dengan hati kita dapat melihat dengan jelas, apa yang sangat mendasar tidak tampak di mata." Jadi, yang Anda perlukan adalah mendengar dengan hati, melihat dengan hati.
Keindahan adalah cara untuk melihat benda.
3. Kitab Suci
Ambil satu kutipan dari Kitab Suci, misalnya Yohanes 7. Mulailah membaca: "Pada hari terakhir... Yesus berdiri dan berkata;" Barangsiapa yang haus, datanglah kepada-Ku dan minum.". Misalkan pada waktu membaca ini, Anda tersentuh oleh kalimat itu, yang harus Anda lakukan kemudian adalah mengulangi kalimat tersebut dalam hati dan berhenti membaca. "Barangsiapa..." seperti mantra, ulangi dan ulangi lagi sampai hati Anda penuh. Tidak perlu memikirkan arti kata-kata itu secara tepat, karena Anda sudah tahu artinya. Pada saat Anda tiba pada titik kepuasan, barulah Anda bereaksi terhadap kata-kata itu. Bagaiman reaksi Anda? Ada orang yang bereaksi seperti ini, mereka mungkin berkata, "Barangsiapa..., benarkah Tuhan ? Siapa saja? Orang suci, pendosa... ini saya datang, izinkan saya minum." Yang lain mungkin bereaksi dengan berkata, " Saya tidak percaya satu patah katapun, minum apa yang Kamu maksud? Dulu saya sudah sering datang kepada-Mu dan Kamu tidak memberi saya apa-apa." Tidak apa-apa, inilah seorang yang frustrasi, seorang yang marah. Sama sekali tidak apa-apa berkata seperti itu kepada Tuhan. Sebuah doa yang baik, karena Anda secara secara jujur mengatakan kepada-Nya apa yang ada dalam hati Anda. Orang lain lagi mungkin berkata, " Saya tahu persis apa yang Kamu maksudkan Tuhan, karena saya pernah datang kepada-Mu tempo hari dan Kamu memberi saya minum, sekarang saya datang lagi."
Yang dapat Anda lakukan hanyalah diam tanpa daya dan hening, menanggapi kata-kata tadi dan kepada Tuhan yang mengatakan kata-kata tersebut, melampaui kata-kata yang dapat Anda gunakan. Bertahanlah pada keheningan tersebut selama tidak terganggu. Kalau anda melantur, ambil kitab suci dan lanjutkan membaca sampai Anda tersentuh oleh kalimat lain. Demikianlah cara menggunakan kata-kata dalam kitab suci untuk melampaui kata-kata menuju keheningan.
Ada sebuah kisah yang mencerminkan spiritualitas yang utuh mengenai "melihat" dan "mendengar". Begini kisahnya.
Ada sebuah kuil yang dibangun diatas sebuah pulau yang berjarak 2 mil dari daratan. Dalam kuil itu ada 1000 buah lonceng perak, besar dan kecil yang dibuat oleh para ahli dari seluruh dunia. Setiap kali angin bertiup atau badai menerpa, lonceng-lonceng itu akan berdentang dan konon siapa saja yang mendengar dentang lonceng tersebut akan terpesona dan dibawa pada pengalaman yang dalam dengan Tuhan.
Berabad-abad telah berlalu, pulau itu tenggelam bersama dengan kuil dan lonceng-loncengnya. Tetapi orang-orang tetap percaya bahwa lonceng-lonceng itu tetap berdentang terus menerus dan siapa saja yang memperoleh rahmat mendengarnya, orang itu akan berjumpa dengan Tuhan.
Seorang pemuda tertarik pada legenda itu. Dia melakukan perjalanan beratua-ratus mil dan tiba di seberang tempat kuil itu pernah berada. Dia duduk dibawah sebuah pohon kelapa yang besar dan mulai menelusuri untuk mendengar suara lonceng itu. Tetapi apa pun yang dilakukannya, dia hanya mendengar suara ombak yang pecah di tepi pantai dan yang menerpa karang di dekatnya. Hal ini membuat kesal pemuda itu, karena dia sudah mencoba sekuat tenaga untuk menolak suara tersebut agar dia dapat mencapai keheningan dan mendengar suara lonceng itu. Sayang, dia tidak berhasil. Dia mencoba selama seminggu, 4 minggu, 8 minggu dan akhirnya selama 3 bulan. Kadang-kadang ketika dia sedang kecil hati, dia mendengar cerita orang-orang tua di kampung tentang legenda tersebut, tentang orang-orang yang mendapat rahmat itu dan hatinya berbunga-bunga, tetapi dia tahu hati yang berbunga-bunga tidaklah sama dengan mendengar sendiri suara lonceng tersebut.
Setelah mencoba selama delapan bulan, dia memutuskan untuk menyerah. Mungkin legenda itu tidak benar atau mungkin rahmat itu bukan untuknya. Dia berpamitan pada pohon kelapa kesayangannya, pada langit, pada laut, dan sementara dia duduk disitu, dia mulai mendengar suara ombak, aneh..... suara itu tidak membisingkan. Dia menyadari untuk pertama kalinya bahwa suara itu halus dan membuat dia rileks dan hening. Dan ketika keheningan itu makin mendalam dan makin dalam sesuatu terjadi, dia mendengar denting sebuah lonceng kecil dan dia melompat. "Ah,.... ini pasti khayalan yang timbul dalam diri saya sendiri. " Sekali lagi dia mulai mendengar suara laut dan menjadi santai, menjadi hening dan keheningan itu makin dalam dan dia mendengar lagi dentingan itu diikuti dentingan yang lain dan yang lain lagi dan tak lama kemudian dia mendengar sebuah simfoni yang indah dari seribu lonceng yang berdenting dengan harmonis dan dia terangkat keluar dari dirinya dan mendapat rahamat untuk bersatu dengan Tuhan.
Makna dari cerita ini adalah, kalau Anda mau mendengar suara lonceng, simaklah suara laut. Kalau Anda mau mengenali sang penari, simaklah tarian. Kalau Anda mau mendengar suara seorang penyanyi, simaklah lagunya. Lihat, dengar, mudah-mudahan suatu hari Anda memperoleh rahmat untuk melihat dan mengenal dalam keheningan.

Sumber : Jalan Menuju Tuhan , Anthony de Mello, SJ.
www.tasalkitab.com